Pagi itu seperti pagi pagi biasanya. Awan berarak rapi diatas langit yang cerah. Matahari tidaklah terik benar. Waktu baru menunjukan pukul sepuluh pagi. Sabtu itu aku baru saja selesai bertemu client untuk urusan bisnisku yang semakin berkembang. Masih dengan berpakaian necis dengan setelan kemeja lengan pendek dan celana bahan sambil mendengarkan lagu – lagu dari strereo set mobilku aku perlahan memasuki kompleks perumahan tempat tinggalku. Tampak didepan telah ramai bapak – bapak dan anak – anak muda yang sibuk bekerja bakti di depan jalanan kompleks rumahku. Salah seorang dari mereka yang juga menjabat sebagai bapak RT di lingkunganku menyapaku dengan lantang hingga dapat terdengar oleh yang lain.
“Waduuuhhh… gagah banget pak Adi, baru pulang nih?. Ko libur – libur gini rapi pak?”. Pak RT menyapaku dengan senyuman lebar yang selalu tersungging di bibir hitamnya yang dipengaruhi banyaknya dia mengkonsumsi rokok kretek.
“Gak Pak Erte, abis ketemuan sama Client Pak. Waduh jadi telat deh saya nih ikutan kerja baktinya.” aku berkata sambil turun dari mobil yang kuparkir tepat disamping lahan kosong hingga tidak mengganggu aktifitas kerja bakti tersebut. Sepatu telah kutanggalkan dan kuletakan di bawah bangku depan, celana panjang ku angkat hingga mencapai lututku.
Aku turun ke got yang tak seberapa dalam tepat disamping pak erte yang sedang menggali lumpur – lumpur hitam yang memenuhi salurannya sehingga membuat air yang mengalir menjadi terhambat di iringi dengan tatapan hampir semua orang yang tengah bekerja bakti membersihkan saluran – saluran air yang mengelililngi kompleks perumahanku. “Gak ganti dulu pak Adi?. Sayang kan baju keren – keren gitu jadi kena lumpur”. Pak erte bertanya dengan suara yang kurang jelas dikarenakan di mulutnya terselipi sebatang rokok kretek kegemarannya. “Tanggung Pak, nanti juga dicuci”. Tanganku meraih sebuah pengki yang terletak disebelahku untuk mengangkut lumpur – lumpur hitam yang memenuhi got.
Diselingi dengan canda dan tawa baik yang tua maupun yang muda. Hhhmmm…. Sungguh rasa gotong royong yang menjadi semboyan para leluhur dapat mempererat hubungan sosial antar penghuni perumahan ini.
Setelah hampir satu jam lamanya berkutat di satu got ke got lainnya, para pekerja dadakan itupun beristirahat sambil menikmati makanan ringan yang telah disediakan oleh para ibu – ibu dan remaja putri. Diantara ibu – ibu muda tersebut terlihat sebuah pemandangan manis dihadapanku yang hanya berjarak kurang dari 10 meter. Ibu Rina yang masih tetangga seberang blok dengan rumahku tampak begitu mempesona dengan balutan celana jeans ketat sedengkul dan baju kaos ketat hingga menampakkan lekuk tubuhnya yang masih kencang karena rajin berolah raga, walaupun telah mempunyai anak namun tetap saja pancaran pesona wanita dewasa begitu melekat di tubuhnya. Aku yakin bukan saja aku yang tertarik dengan pesona dari Ibu Rina ini.
Sempat juga kutangkap lirikan mata pemuda – pemuda tanggung yang sering mencuri pandang kearah Ibu Rina sambil tertawa kecil dengan rekan disebelahnya. Mungkin mereka juga sedang membicarakan sosok Ibu Rina yang menggairahkan dan penuh dengan seks appeal.
Saat tatapan mata kami bertemu, mengembang senyum manisnya padaku yang aku balas pula dengan senyum terbaikku yang dulu membuat istriku mabuk kepayang. Hehehehe… aku adalah seorang suami dari istri yang cantik dan telah mempunyai anak 4 orang. Mungkin dikarenakan nafsu seks ku yang terbilang tinggi sehingga kami tak memperdulikan program KB dari pemerintah. Istriku seorang yang begitu penurut dan selalu mengikuti kemauan suaminya. Sempat juga kudengar selentingan – selentingan dari ibu – ibu di kompleks ku yang berkata bahwa aku sungguh jantan dengan produksi super sehingga anakku banyak.
Hahahahaha…. Hal itu aku dengar sendiri dari istriku pada suatu malam selepas kami bercinta. Tinggiku terbilang sedang sekitar 175 lebih dengan berat yang ideal hanya saja memang body ku sedikit kekar laksana seorang tentara. Kulit tubuhku sawo matang dengan rahang yang kokoh sehingg tampak jantan. Apalagi hobbyku mengendarai motor besar sudah menjadi pembicaraan hangat di lingkungan kompleks.
Seminggu kemudian Ibu Rina bertandang kerumahku membawa buah tangan kepada istriku. Perilaku mereka jika sedang berbincang – bincang di kamar kami laksana remaja putri yang sedang membicarakan kekasih – kekasihnya. Aku tidak dapat mendengar apa cerita mereka hanya terkadang kutangkap suara berbisik saat aku sedang berada di ruangan depan sambil menonton televisi dan mereka di dalam kamarku berdua – duaan kemudian mereka tertawa terbahak – bahak. Akhirnya Ibu Rina pun menjadi kawan baik istriku. Semakin sering dia bertamu kerumahku membuat aku pun semakin akrab dengan nya walaupun hanya sebatas bertegur sapa yang bersifat formalitas.
Suatu siang yang terik istriku sedang keluar sebentar membeli keperluan rumah tangga bersama anak sulungku. Aku sedang santai sambil menonton acara televisi di hari libur itu. Ibu Rina datang sambil berjalan masuk ke dalam rumahku dan memanggil – manggil nama istriku.
“Loh, Mba’ nya kemana mas Ady?”. “Oh, lagi kedepan sebentar Bu. Paling sebentar lagi pulang” aku sedikit terperangah dengan pakaian yang dikenakan oleh Ibu Rina ini. Kostum khas bagi wanita yang habis aerobic menampakkan lekuk tubuhnya yang masih sintal dibalut dengan kulit yang kuning langsat. Aku menelan ludah sambil membuang jauh pikiranku yang mulai menerawang mengikuti hasrat ku yang mulai terusik.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Ibu rina malah duduk di sebelahku sambil menghadap ke layar televisi dan tangannya menjumput kue yang terletak di depan meja tepat didepanku. Sempat ku
tangkap lekuk belahan pantatnya yang padat saat dia mengambil kue di meja depan kami. “Ya udah, aku tunggu disini deh!”. Ibu Rina menyilangkan kakinya sambil menyuapkan potongan kue ke bibirnya yang merah merekah. Dengan wajah yang menampilkan pesona seksual dan wangi tubunya yang mengundang hasrat kelai – lakian ku. Aku semakin salah tingkah duduk disebelahnya. Aku berusaha untuk menguasai diriku dan bertindak sewajarnya. “Eh, Mas Ady. Minta Pin BB nya dong. Kan kita bisa BBM an…”. Ibu Rina berkata sambil mencuil lenganku. Uuuhhhhh…. Setan – setan mulai menari di kepalaku, seolah mendapatkan durian runtuh, aku segera memberikan Pin BB ku kepadanya dan dia pun langsung memasukan aku di kontak BB nya.
Tak banyak yang terjadi saat itu, apalagi anak – anak ku masih sering mondar – mandir di hadapan kami. Tak lama kemudian istriku pulang dengan anak sulungku dan mereka pun melanjutkan rutinitas cekakak cekikik di kamar tidurku.
Memang kecanggihan teknologi semakin mempermudah setan menggoda manusia. Dengan fasilitas BBM yang tersedia di BB, kami pun mulai sering berkomunikasi melalui pesan BBM. Awalnya hanya bersenda gurau biasa. Aku pun berusaha untuk menjaga citraku dimatanya. Apalagi dia adalah teman baik istriku sehingga aku harus lebih berhati – hati menuliskan pesan – pesan lewat bbm itu. Entah kenapa dia terkadang menggodaku lewat pesan – pesan yang dia kirimkan. Sebagai lelaki normal yang memiliki hasrat seksual yang besar, aku pun dengan senang hati menanggapinya dan tentu saja hal ini tanpa sepengetahuan istriku. Apalagi itu adalah permintaanya untuk merahasiakan percakapan kami melalui pesan – pesan di BBM tersebut.
Semakin lama perbincangan kami semakin menjurus kepada sebuah perselingkuhan. Dia telah memintaku untuk memanggilnya dengan namanya saja tanpa embel – embel “Ibu” seperti yang selama ini aku lakukan. Mulai lah cerita – cerita tentang seks dikirimkan olehnya, bahkan dia pernah menanyakan seberapa besar ukuran kejantananku karena menurut dia aku adalah tipikal lelaki yang kuat dalam berhubungan seks. Itu pun dia ketahui dari cerita istriku yang sering menjadi bahan perbincangan mereka berdua. Aku jadi mengerti kenapa mereka sering tertawa hingga terbahak – bahak jika sedang berdua di kamar tidur aku dan istriku.
Siang itu Rina memintaku untuk menemuinya di salah satu Mall yang lumayan jauh dari tempat tinggal kami. Aku pun menyanggupinya dan mulai bertanya – Tanya ada apa gerangan yang membuatnya ingin bertemu diluar. Sebenarnya sebagai lelaki yang telah banyak makan asam garam percintaan, aku telah merasakan ada hasrat yang tersembunyi dari Rina. Apalagi pesan BBM yang dikirimkan teakhir sudah sampai kepada tahap mengirimkan foto – foto dia tanpa busana meskipun bagian vitalnya masih ditutupi oleh tangannya membuat fantasiku semakin tinggi. Aku duduk di sebuah tempat makan dimana dia memintaku untuk menemuinya ditempat tersebut.
Tak berapa lama Rina tiba dengan masih menggunakan seragam PNS nya dan kerudung dengan warna senada. Pikiranku mulai mengatur rencana untuk menentukan tempat kami kencan karena hampir dipastikan pertemuan ini akan menuju kearah sana.
“Sorry yah Mas, udah nunggu lama yah?. Tadi jalanan agak macet sih jadi rada telat deh nyampenya”. Rina berkata sambil mengambil posisi duduk tepat disebelahku sambil tangannya memegang pahaku dibawah meja. Semerbak harum parfumnya menambah tinggi khayalanku untuk dapat mereguk kenikmatan dunia bersamanya. “Kamu udah makan belom Rin?. Kalo belom makan dulu deh, mau makan apa? Biar aku pesenin yah.” Aku bergegas hendak memanggil pelayan tempat makan tersebut namun segera di sanggah olehnya. “Loh..mas udah makan belum?.
Aku sih udah makan tadi di kantor sebelum kesini.” Dia berkata sambil memegang tanganku yang hendak melambai memanggil pelayan. Tanganku digenggamnya dengan erat seolah ingin menyalurkan hasratnya yang terpendam. “Aku sih udah makan juga, ya udah kamu mau kemana dari sini?.” Aku berkata sambil memandang lekat bola matanya yang terlihat mulai sayu dipenuhi dengan gejolak hasrat yang membuat pandangannya menantang naluri keperkasaanku. “Kita cari tempat istirahat aja mas. Aku cape’ banget nih hari ini kerjaan lagi numpuk.” Tanganku kembali diremas – remas sambil menatap ku dalam – dalam.
Singkat cerita dengan mengendarai jeep ku, kemudi aku arahkan ke sebuah motel jam – jaman yang letaknya sedikit di dalam sehingga parkirannya aman dari pandangan jalan besar. Sepanjang perjalanan Rina mulai percakapan yang biasa tanpa mengarah kepada hal – hal yang berbau seks. Mungkin dia juga masih canggung sama sepetirku, karena dia adalah teman baik istriku sendiri. Batinku mulai berkecamuk antara nafsu dan sungkan.
Setelah aku menyelesaikan administrasinya kami berjalan beriringan ke dalam kamar yang terletak di pojok dalam lantai dua Motel tersebut. Begitu di dalam kamar aku segera merebahkan tubuhku di atas kasur yang empuk dengan dipenuhi pikiran – pikiran yang masih berperang antara iya dan tidak. Aku bingung harus memulai dari mana, padahal kami telah berdua didalam kamar dan semuanya telah mendukung kearah peselingkuhan yang indah. Aku tak tahu harus bagaimana dan berkata apa, akhirnya kupejamkan mataku sambil berlagak seolah – olah aku hendak tidur di atas kasur itu, menunggu reaksi lebih lanjut darinya.
“Loh, mas cape ya?. Emang kita kesini mo tidur?. Aku pijetin yah?.” Terasa kasur sebelahku tertimpa badannya dengan tangan yang mulai memeluk tubuhku yang terlentang dengan mata yang setengah terpejam. Dadaku yang masih terbalut kemeja lengan pendek perlahan di elus – elus oleh tangannya dan jemarinya dengan lincah mulai mencari – cari puting dadaku dan terasa usapan – usapan halus didaerah itu. Nafsuku yang masih kutahan terasa berontak diiringi dengan rasa geli pada puting dadaku akibat ulahnya.
Mungkin istilah “sedikit berkata banyak bekerja” adalah istilah yang pas pada saat itu, kami tidak banyak berkata – kata hanya hasrat birahi yang menuntun kami meminta untuk dipenuhi. Wajahnya mulai mendekati wajahku hingga dengusan nafasnya terasa di pipi dan telingan kiriku.
Tak tahan dengan perlakuan nya yang mulai mencium pipi dan menjilat – jilat kecil telinga kiriku aku segera membalikan wajahku menghadap wajahnya dan bibirku langsung melumat bibir merahnya yang merekah. Kami telibat ciuman panjang dan tangannya tergesa membuka kancing kemejaku. Tanganku pun tidak mau tinggal diam melainkan ikut membuka baju kerja PNS nya. Tangan kananku menyelusup ke dalam baju kerja yang baru terbuka sebagian untuk segera meraih payudara yang selama ini memenuhi hasrat dalam hayalku. Kuremas – remas payudara yang masih terbungkus dengan Bra nya sambil bibirku terus melumat bibir merahnya.
“Aaaahhhh…” desahanya tertahan oleh bibir kami yang masih bergelut diselingi lidah yang saling kait mengait.
Tangan kirinya perlahan menggenggam kemaluanku yang telah berdiri tegak masih di bungkus oleh jeans dan CD ku. Tak tahan hanya meremas dari luar tangan kirinya pun menyelusup ke dalam melewati celah atas celana jeansku. Mendapatkan serangan seperti itu, tangan kananku mulai membuka baju atasnya yang berupa kemeja dan menaikan branya keatas. Rina mulai melenguh saat bibirnya kutinggalkan dan ciumanku kuarahkan ke lehernya yang jenjang dan menggairahkan kemudian bibirku mulai merambat turun ke payudara yang telah terbuka dihiasi dengan puting yang coklat kemerahan. Ku hisap – hisap sambil seskali kuberikan gigitan kecil pada puting payudaranya yang telah menegang dalam kulumanku. Sambil tangan kanan ku mulai turun menyusup melalui celah atas calana panjangnya. Masih dalam posisi menyamping aku buka kaitan dan resleting celananya sehingga tanganku lebih leluasa meraih bukit kemaluannya yang ditumbuhi bulu – bulu halus, sepertinya dia rajin mencukur daerah kewanitaanya.
“Aaaaaahhhhh….. gigit lagi maaaassss… aaaahhhh… geli maaassss…” Rina kembali mendesah karena aku serang dari dua titik yang peka rangsangan. Bibir ku masih mengulum puting payudaranya dan tangan kananku bermain di bukit kemaluannya yang telah berasa lembab dan berair pertanda bahwa nafsu nya telah mencapai tahap untuk serangan lebih lanjut. Tangannya sudah telepas dari kemaluanku karena posisi kami saat itu agak susah untuknya menggenggam kamaluanku.
Tak membutuhkan waktu lama aku telah melolosi celana jeans dan CD ku dan dia sendiri telah aku lolosi semuanya dibantu dengan gerakan mengangkat pinggulnya dan badanya. Lepaslah sudah semua penutup tubuh kami diatas kasur motel itu. Mendapat serangan yang bertubi – tubi dariku tanpa dapat melakukan pembalasan, birahinya mulai terusik hingga aku didorong terlentang olehnya dan mulai tubuhku ditindih oleh tubuh motoknya. Dimulai dengan menciumi bibirku ganas lidahnya mulai turun hingga melumat – lumat puting dadaku. Uuuhhh.. rasanya sungguh nikmat. Dengan lincah lidahnya turun menuju perutku yang terbilang sedikit berotot dan dia mengecupnya dengan sedikit memberikan gigitan – gigitan halus disana. Seluruh bulu kuduku meremang mendapatkan perlakuan seperti itu. Akhinya kepala kemaluanku yang telah mengkilat dibasahi cairan precum ku mulai dijilat – jilat dan dikulum – kulum oleh mulutnya. Rasanya bagaikan terbang di awang – awang. Begitu lihai lidahnya dan mulutnya menari di batang kejantananku yang telah mengeras menimbulkan rasa yang sulit kulukiskan dengan kata – kata.
Sambil mengulum kejantananku matanya menatap mataku yang sedang melihat aksinya. Hal itu terasa sangat menggairahkan dan membangkitkan birahiku sebagai lelaki yang telah banyak menaklukan wanita. Hhhmmm,,, tepat seperti dugaanku, Rina memang memiliki nafsu seks yang besar dan liar di ranjang. Mungkin dia kurang puas dengan suaminya yang kerempeng dan terlihat kurang perkasa dalam kesehariannya. Hanya 5 menit dia mengulum kejantananku Rina langsung mengambil posisi mengangkangiku layaknya seorang joki berkuda yang professional. Tanpa basa basi Rina langsung memasukan kejantananku yang berdiri dengan gagahnya dan memiliki ukuran diatas ukuran rata – rata orang asia.
“Aaaaahhhh… gede banget sih Maaaasss….” Perlahan sekali Rina menurunkan pantatnya sehingga gesekan antara kelamin kami bergitu terasa. Centi demi centi kejantananku menembus gua kenikmatan miliknya, sensasinya sungguh lain jika dibandingkan dengan saat aku berhubungan intim dengan instriku. Mungkin ini yang dikatakan nikmatnya perselingkuhan, ada rasa was – was, rasa bersalah, rasa khawatir dan rasa yang bercampur aduk membuat persetubuhan ini terasa begitu melenakan. Setelah kejantananku masuk seluruhnya kedalam kemaluannya, Rina perlahan menggoyangkan pantatnya naik turun seperti sedang menaiki kuda tunggangan yang berjalan pelan. Kemaluannya memang berbeda dari kemaluan istriku, ada rasa seperti denyutan – denyutan halus yang menyelimuti kepala hingga batang kejantananku. Denyutan itu semakin terasa ketika dia mulai menaik turunkan pantatnya yang montok.
Tanganku tidak tinggal diam. Kedua tanganku meraih masing – masing payudaranya dan melakukan remasan – remasan disertai cubitan kecil di puting payudaranya. Rina mulai memperbesar suara desahanya dengan iringan suara pertemuan paha depanku dan pantatnya. Semakin cepat goyangannya semakin membumbung tinggi rasa nikmat itu aku rasakan. Cengkraman vaginanya begitu ketat dan erat seolah hendak melumat habis kemaluanku yang bersarang di dalamnya. Terlintas dalam fikiranku mungkin kemaluan suaminya tidaklah sebesar punyaku sehingga vagina istrinya yang sedang menaiki aku begitu sempit dan menggigit. Ekspresi wajahnya saat dia memacu diatasku sungguh mempesona, ditunjang dengan struktur wajahnya yang menarik dan potongan tubuhnya yang sekal membuat nafsuku semakin memuncak. Apalagi Rina menggoyangkan pinggulnya dengan begitu hebat.
Terkadang dia memaju mundurkan pantatnya, terkadang dia bergerak memutar sehingga kejantananku serasa terpelintir di dalam ruang surgawinya. Uuuhhhh… begitu nikmat persetubuhan ini.
Goyangannya semakin cepat dengan irama yang menghentak – hentak, sepertinya dia hendak mencapai puncak kenikmatan dunia tidak lama lagi. Aku mengimbangi dengan kocokan dari bawah sehingga pantatku terangkat – angkat dari kasur Motel yang empuk itu. Tiba – tiba saja dia menerkam mulutku sambil memasukan lidahnya kedalam rongga mulutku, dengan goyangan pinggul yang semakin cepat dan suara geraman laksana singa betina yang kehilangan anaknya.
Aarrrrgggghhhhh….. dia melepaskan kulumannya dan mendesah sedikit histeris mengiringi denyutan – denyutan di dalam vaginanya yang terasa semakin berair. Badannya tersentak – sentak sambil memelukku erat dan mulutnya singgah di telingaku sambil menggigit pelan. Aku mendiamkan badanku menunggu hingga rina selesai menikmati puncaknya. Kejantananku masih tertancap lekat dalam rongga vaginaya yang terasa becek, tidak mau tinggal diam untuk mengejar puncak kenikmatanku, aku membalikan tubuhnya dan mengambil posisi diatasnya. Kembali kugenjot Rina dengan perlahan agar dia mampu beradaptasi setelah selesai masa orgasmenya berlangsung. Semakin lama semakin cepat aku menggoyangkan tubuhku yang gempal diatas tubuhnya sambil kujulurkan lidahku di sela – sela telinganya. Rina mulai ikut menggoyangkan pinggulnya pertanda nafsunya telah mulai bangkit lagi.
Terkadang digoyangkan pinggulnya kesamping dan memutar menambah nikmatnya percintaan kami. Semua urusan di rumah dan pekerjaan sudah tak lagi terpikirkan yang ada hanya kenikmatan yang terus merambah mendekati puncaknya. Terasa olehku puncakku sebentar lagi akan tiba, aku harus mengurangi tegangan karena masih ada gaya yang ingin aku lakukan dengannya. Kucabut batang pejalku dari vaginanya yang merah merekah, kedua tanganku mengangkat pinggulnya dan memutar sehingga sekarang pantatnya yang padat, bundar, sekal dan besar menghadap kearah kejantananku.
Hhhmmm…. Bokong yang menjadi impianku kini tersaji di hadapanku. Vagina yang telah mekar seolah memanggil – manggil kejantananku untuk segera memasukinya. Bulu – bulu hitam yang tercukur rapi semakin memperindah perabotan vital milik wanita yang tengah kusetubuhi ini. Langsung saja kutusukan batang kebangganku kedalam kemaluan yang telah basah dan siap menerima tusukan mautku. Aaarrrhhh…. Rina mendesah saat kejantananku tanpa tedeng aling – aling memasuki vaginanya dari belakang. Posisi doggy style ini memang sangat nikmat jika dilakukan dengan wanita yang memiliki bokong padat dan besar seperti rina ini. Tempo kocokanku segera kupercepat diselingi dengan desahan – desahan kenikmatan dari Rina. Sepuluh menit kemudian tampak desahan rina semakin besar dan goyangan pantatnya semakin tak karuan.
“Maaaasssss…. Aku keluaaaarrrrrr…..” badannya tersentak – sentak dengan vagina yang berdenyut – denyut membuat aku tidak dapat menahan pancaran mani ku yang sudah akan menyembur.
“Riiinnnn… aku mo keluar juga nih. Dimaanaaaa…?” denyutan di kepala Penisku semakin terasa. Rina segera membalikan badannya sehingga kejantananku yang masih tertancap menjadi tercabut dari vaginanya. Segera disambarnya kemaluanku dan dikulum dengan penuh gairah. Aku pun tak tahan lagi mendapatkan serangan mendadak seperti itu, apalagi memang puncakku sudah di depan mata.
“Aaaarrrggghhhh…. Enak banget Riiiinnn……” spermaku memancur sebanyak lima kedutan dan tanpa membiarkan kejantananku keluar dari mulutnya semua cairan kenikmatanku dihisap dan ditelan olehnya. Badanku terasa begitu ringan bagai melayang di awang – awang. Rasa kenikmatan yang menyelimuti tubuhku berangsur – angsur menghilang meyisakan rasa kepuasan yang tersungging dibibirku. Rina masih menjilati kepala kemaluanku hingga bersih dari cairan kenikmatanku.
Aku terlentang penuh kepuasan di sebelah nya dengan memejamkan mata menikmati orgasme yang baru saja berlalu. Dia terbaring disebelahku dengan posisi menyamping sambil memeluk erat tubuhku dan terkadang jemarinya bermain di puting dadaku yang masih tersisa ketegangannya. “Hhhhmmmm… ga salah penilaianku. Mas memang lelaki sejati. Tahu gak Mas, kenapa aku sampe pengen banget ngerasain berhubungan badan sama mas?” Rina berbisik di telinga kananku dengan tangan yang masih mengusap usap dadaku. “Ga tau. Emang kenapa sih Rin?” aku kembali bertanya dengan mata yang masih terpejam.
“Soalnya aku sering denger cerita dari si Mba kalo Mas itu orangnya jantan banget and jago banget kalo maen seks. Setiap aku ketemu Mas, aku jadi menghayal gituan mas. Kaya gimana sih jantannya mas. Jadinya aku berani – beraniin aja minta Pin BB nya mas. Cuman nunggu kesempatan yang pas. Sebenarnya waktu aku datang ke rumah dan minta nomer Pin BB mas, aku tahu kalo si Mba’ lagi enggak ada di rumah. Soalnya, sebelumnya aku liat dia keluar sama si sulung pake motor. Jadi aku langsung ke rumah mas. Ternyata bener kesampean juga. Kapan – kapan kita ulangin lagi ya Mas.” Rina berkata yang menyerupai berbisik karena bibirnya tepat di telinga kananku.
Setelah berbincang – bincang pasca hubungan intim kami, kamipun bergegas pulang tentu saja saat mendekati kompleks kami, dia turun kebih dulu agar menghindari kepergok tetangga atau orang – orang yang mengenali kami. Sepertinya percintaan ini akan berlanjut karena Rina begitu terkesan dengan pegumulan kami tadi. Hhhmmm… aku menghela nafasku panjang – panjang sambil keningku berkerut dan terpikirkan olehku. “Bakalan BBM-an lagi nih. Gaaaassss ppppooooollllll…..”